Arti Mimpi Menurut Agama dan Budaya Lainnya


bermimpi

Banyak buku telah diterbitkan yang membahas tentang dunia mimpi. Bahkan, di dalam teks-teks agama pun, hal-hal terkait mimpi juga diuraikan, baik secara eksplisit maupun inplisit. Kebudayaan dan kepercayaan masyarakat yang beraneka ragam menghasilkan tafsir dan makna mimpi yang berbeda-beda. Sebagian besar konteks budaya mengatakan bahwa mimpi adalah suara Tuhan. Apa pun yang kita lihat dalam mimpi adalah pesan dari Tuhan dan harus ditanggapi dengan serius. Kita akan membahas penafsiran dan pemaknaan mimpi menurut agama dan kebudayaan.

1. Hindu

Menurut Mandukya Upanishad dari Hinduisme India, kitab suci Veda mengatakan bahwa kita memiliki tiga keadaan. Keadaan pertama adalah keadaan terjaga. Tahap kedua adalah tahap tidur dan tahap ketiga adalah tahap bermimpi.

Kitab Upanishad yang muncul 300 tahun sebelum masehi, menyarankan dua arti mimpi. Makna pertama menyatakan bahwa “mimpi hanyalah ekspresi dari keinginan batin”. Arti kedua adalah jiwa meninggalkan tubuh kita dan kita dibimbing sampai kita mendapatkan kebangkitan yang sebenarnya.

2. Kelompok Agama Abrahamik

Jika kita berbicara tentang Yudaisme, disebutkan dalam Talmud, Tractate Berachot 55-60 bahwa mimpi adalah untuk pengalaman. Kita harus menafsirkan pengalaman dalam mimpi dan mengambil pelajaran darinya.

Orang Ibrani percaya bahwa mimpi adalah suara Tuhan. Mereka juga membedakan antara mimpi baik dan mimpi buruk. Mereka percaya bahwa mimpi baik berasal dari Tuhan sedangkan mimpi buruk berasal dari roh jahat. Ibrani menghubungkan mimpi dengan Tuhan yang ilahi.

Orang-orang Kristen memiliki kepercayaan yang sama dengan orang Ibrani dan menganggap mimpi adalah supranatural. Ini karena Perjanjian Lama memiliki banyak cerita tentang mimpi yang terkait dengan ilham ilahi.

Anda mungkin pernah mendengar tentang mimpi Yakub tentang sebuah tangga yang naik dari Bumi ke Surga. Banyak orang Kristen percaya bahwa mimpi adalah cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia.

Menurut Iain R. Edgar yang mempelajari fungsi mimpi, menyatakan bahwa mimpi sangat penting bagi sejarah Islam serta kehidupan umat Islam. Alasan di balik ini adalah bahwa mimpi adalah satu-satunya cara Tuhan berkomunikasi dengan mereka setelah kehilangan nabi terakhir, Muhammad.

Ia juga mengatakan bahwa Islam memiliki tiga jenis mimpi yang berbeda.

  • Mimpi yang benar, mimpi ini disebabkan oleh tradisi hadits Islam
  • Mimpi palsu, mimpi ini disebabkan oleh roh-roh jahat atau setan
  • Mimpi sehari-hari, mimpi ini disebabkan oleh ego atau pengalaman seseorang

3. Buddha

Gagasan tentang mimpi sangat mirip dalam agama Buddha dan tradisi rakyat di Asia Selatan. Dikatakan bahwa mimpi yang sama dapat dilihat oleh banyak orang seperti yang terjadi pada calon Buddha ketika dia akan meninggalkan rumahnya.

Mahavastu menyoroti poin bahwa banyak kerabat Buddha sudah mendapatkan mimpi pertanda sebelum ini. Beberapa mimpi juga melampaui waktu. Lalitavistara menyatakan bahwa calon Buddha memiliki mimpi serupa dengan para Buddha sebelumnya. Sastra Buddhis menganggap mimpi sebagai rambu-rambu dan pertanda dalam kehidupan.

4. Konteks budaya lainnya

Sejarah Tiongkok mengatakan bahwa ada dua aspek penting dari jiwa. Yang pertama dibebaskan dari tubuh kita untuk bermimpi saat kita tidur. Yang kedua tetap berada di dalam tubuh itu sendiri.

Seperti orang Kristen dan Islam, orang Babilonia dan Asyur juga membagi mimpi menjadi beberapa jenis. Mereka juga percaya bahwa mimpi indah adalah suara Tuhan sedangkan mimpi buruk dikirim oleh setan.

Orang Yunani dan Mesir memiliki ideologi yang sama. Dewa mimpi Yunani tidak membiarkan siapa pun tidur di kuil. Peringatan dikirim kepada orang-orang yang melakukannya.

Kepercayaan awal menyatakan bahwa Tuhan secara pribadi mengunjungi para pemimpi dengan masuk melalui lubang kunci. Setelah menyampaikan pesan kepada si pemimpi, Tuhan keluar melalui rute yang sama.


Tinggalkan komentar