Dalam kehidupan berumah tangga, adalah hal yang lumrah terjadinya perselisihan dan konflik antara suami istri. Tentu ada banyak hal yang mungkin menjadi penyebabnya. Saat itu terjadi, para istri biasanya akan melampiaskan kemarahannya, kekecewaannya, dan sakit hatinya dengan cara menangis. Nah, untuk mengurangi tekanan kekecewaan tersebut, Anda sebagai istri mungkin perlu menghibur diri dengan membaca kata kata sedih untuk suami berikut ini.
Kumpulan kata kata sedih buat suami pada artikel ini mencakup berbagai pokok permasalahan yang sering dihadapi istri. Ada tema tentang rasa kecewa dan sedih karena suami yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, tema tentang suami yang telah berubah sikap, tema tentang cinta suami yang telah berpaling ke wanita lain alias selingkuh, dan juga tema tentang air mata istri yang merasa selalu tersakiti.
Nah, jika Anda adalah seorang istri yang tengah dirundung kepedihan dan kekecewaan karena sikap sang suami, silakan baca dan pilih kata kata sedih yang sesuai dengan situasi hati Anda saat ini. Selamat membaca, dan jangan lupa di-share di Facebook, Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya.
Ada rasa jenuh saat bertahan, namun ada sakit saat meninggalkan. Semoga kau mengerti isi hatiku, Suamiku..
Maafkan aku, Pangeranku. Ada saat-saat ketika aku bosan mendengarkan air mataku.
Ada yang menjalin hubungan jarak jauh, ada pula yang sebenarnya tak berjarak namun tetap terasa jauh. Ku mohon mengertilah perasaanku!
Jangan terlalu sibuk pada pekerjaanmu. Ketahuilah sayangku, aku tidak bisa terus muda, dan anak-anak hanya punya masa kecil sekali dalam hidup mereka.
Air mata adalah kata-kata yang tidak bisa diungkapkan oleh hati. Suamiku, apakah kau mengerti perasaanku?
Aku bahkan tidak ingat mengapa aku meneteskan semua air mata ini untukmu. Mungkin aku terlalu banyak menerima kekecewaan.
Suamiku, air mataku seperti jangkar yang menenggelamkan hatiku ke dalama samudera terdalam. Tidakkah kau ingin mengusapnya?
Suamiku, aku berharap aku bisa memberimu rasa sakitku hanya untuk sesaat, sehingga kamu bisa mengerti betapa kamu telah menyakitiku. Tapi, aku tak sanggup melakukannya.
Pria yang mencari wanita lain setelah sukses, tidak menyadari bahwa wanita lain kemungkinan besar menjadi jalan menuju kebangkrutan.
Aku bahagia karena senyummu telah merekah kembali, namun baru aku sadari senyum itu bukan untukku lagi.
Akan aku nantikan hari itu, dimana aku mendapati kamu telah mau berubah, atau aku bangkit karena telah terbiasa dengan kekecewaan.
Sayangku, haruskah aku kembalikan cahaya yang dulu pernah kau titipkan padaku? Karena kini sisi gelap ternyata lebih membuat hatiku tenang.
Sebagai seorang istri, aku sangat iri dengan semua wanita yang bekerja sekantor denganmu. Karena setidaknya mereka bisa menghabiskan seharian bekerja bersama pria paling tampan didunia ini.
Suamiku, jangan jadikan kesibukanmu membuat kau melupakan istrimu yang menginginkan perhatianmu.
Jika takdir wanita hanya menemani dari awal hingga pria capai kesuksesan kemudian ditinggalkan, maka kemungkinan wanita akan melihat pria hancur dengan pasangan barunya.
Diamnya seorang istri bukan berarti membiarkanmu berbuat semakin menyakitiku dan semaumu, sungguh aku tak mengerti dengan jalan pikiranmu wahai suamiku.
Sebanyak apapun uang yang kamu miliki dari bekerja. Tetap saja harta terbesar yang harus kau jaga adalah keluarga.
Katakanlah jika istrimu ini sudah tak menarik lagi, jangan kamu diam dan tenggelam asyik dalam duniamu sendiri, seolah aku seperti bukan siapa-siapa kamu.
Aku sebenarnya selalu ada di sisimu. Sayang kamu tak mengetahuinya. Nampaknya hatimu sudah menjadi buta.
Biarlah bila memang apa yang telah kamu lakukan itu kamu anggap baik, aku hanya bisa berusaha tak berburuk sangka padamu.
Saat ini juga aku tak akan bertanya di mana dan bagaimana kamu daripada aku harus menerima kekecewaan karenamu.
Suka dan gembira kemudian bisa menjadi duka. Begitu pula dengan kekaguman kemudian bisa menjadi kekecewaan.
Kepercayaan itu bagaikan sebuah kaca. Ketika dia rusak, kamu bisa memperbaikinya kembali. Namun kamu masih bisa melihat bekas retakannya.
Aku sadar selingkuh adalah perbuatan yang salah. Tapi maafkan aku, aku tak sanggup untuk memafkan kesalahanmu itu.
Kesetiaanku dibalas dengan perselingkuhan. Nikmat dunia yang paling hina!
Rasanya menyedihkan saat aku sudah berusaha semaksimal mungkun untukmu. Tapi semua ternyata belum cukup.
Bukan marah tapi kecewa, bukan tidak peduli tapi hanya ingin dimengerti.
Pergilah dan lakukan semua apa yang kamu inginkan. Jika keberadaanku sudah membuatmu tidak nyaman lagi bagimu.
Aku berkorban untuk dirimu, dan kamu berkorban untuk dirinya. Walau menyakitkan, aku anggap saja itu adil.
Pria yang berpaling setelah sukses itu tidak sadar, bahwa ancaman bangkrut bisa membuat dia kehilangan kedua wanita yang dianggap mencintainya.
Sakitnya teriris sembilu tak sebanding dengan sakitnya melihatmu selingkuh di depan mataku.
Ada beberapa perasaan sakit yang tak akan tersembuhkan, hanya bisa coba dilupakan.
Aku hanya berharap aku bisa kehilangan perasaan perih ini, semudah kau mengecewakanku.
Suamiku, aku akan tersenyum seolah tidak ada yang salah, berpura-pura semuanya baik-baik saja, bertingkah seolah semuanya sempurna, meskipun di dalamnya sangat tersiksa dan menyakitkan.
Kau adalah milikku, belakangan aku sadar, ada orang lain yang berusaha mencurimu dariku.
Aku akan meresapi semua makna di balik kenangan pahit yang kau berikan itu, dan akan kujadikan pelajaran untuk menuju masa depan yang lebih baik.
Aku hancur berantakan, aku hampir tidak dapat bernafas, dengan patah hati yang masih berdetak.
Pergilah. Suatu saat kau akan menyadari bahwa, tak akan ada seorang pun yang lebih sabar merawat segala tentangmu selain aku.
Beberapa luka lama tak sepenuhnya sembuh. Itu dapat berdarah lagi hanya karena sebuah kekecawaan kecil.
Ekspektasi yang berlebihan padamu adalah akar dari semua rasa sakit hati ini.
Aku percaya, akhir yang menyedihkan hanyalah awal dari kebahagiaan berikutnya.
Suamiku, sebenarnya aku hanya ingin mengabaikanmu seperti yang kamu lakukan padaku. Namun, aku tak berdaya.
Aku bertingkah seolah itu bukan masalah besar, padahal itu benar-benar menghancurkan hatiku.
Tidak jarang kalau kekecewaan itu hanya dapat diungkapkan hanya dengan cara diam tanpa kata.
Suamiku, aku harap aku bisa melukaimu seperti caramu menyakitiku. Tetapi aku tahu bahwa jika aku memiliki kesempatan itu, aku tidak akan melakukannya.
Aku harus melepaskan harapan palsu ini, bahwa kamu akan berubah dan tidak mengingkari janji.
Aku ingin mengatakan ‘aku merindukanmu yang dulu’. Tetapi itu tidak akan mengubah apa pun.
Aku masih mencoba memahami mengapa alam semesta menyatukan dua insan hanya untuk menghancurkan mereka.
Aku melakukan segalanya dengan benar untuk seseorang yang melakukan banyak kesalahan untukku.
Aku menghancurkan hatiku sendiri dengan mencintai dan mengharapkanmu.
Aku merasa seperti orang idiot. Aku memikirkanmu sepanjang waktu, tetapi aku tahu kamu tidak memikirkanku sama sekali.
Aku pernah punya seseorang yang membuat setiap hari berarti sesuatu. Dan sekarang, aku tidak bisa menemukannya. Dan tidak ada yang berarti lagi.
Aku rangkai cinta seindah yang aku bisa hanya untukmu, namun aku hanya memperoleh luka yang amat dalam hingga membuatku tak ingin merasakan cinta lagi.
Aku sangat lelah, meskipun air mata tidak lagi mengalir; mataku lelah menangis, hatiku muak dengan kenestapaan.
Aku sangat peduli, atau tidak peduli sama sekali. Tidak ada jalan tengah.
Suamiku, aku sedih, sakit hati, marah, dendam, dan kecewa. Tapi tahukah kamu? Aku akan tersenyum dan melanjutkan. Itu memang akan menyakitkan, tetapi aku akan bertahan hidup.
Aku sudah belajar bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan, tetapi hanya beberapa detik untuk menghancurkannya.
Suamiku, aku telah terluka tetapi aku akan terus mencintai, karena itu memberi aku keberanian untuk melanjutkan hidup.
Adakah yang mengerti, aku terlalu sakit untuk bertahan, tetapi terlalu cinta untuk melepaskan.
Ketika suamiku tak memperdulikanku, aku tidak sendirian karena kesepian selalu bersamaku. Aku berusaha melangkah sendirian tanpa merasa kesepian.
Aku tidak tahu apakah aku sudah melupakannya atau apakah aku sudah terbiasa dengan rasa sakit itu.
Antara mawar dan durinya, antara kesedihan dan kegembiraan, semuanya saling terkait.
Bahagia yang kuminta, tapi derita yang kau beri. Cinta yang kupinta, kecewa yang kau bagi.
Bantal adalah buku kesedihan yang kutulis dengan tinta air mataku.
Biarkanlah diri ini seperti karang, dan engkau sebagai ombaknya. Meskipun kau menggulung dan menghempaskan aku berkali-kali, namun aku akan tetap tegar melangkah dalam kenestapaan.
Derasnya hujan di luar sana tak sebanding dengan derasnya air mataku yang mengalir karena kekecewaan yang kau buat.
Suamiku, dirimu seharusnya mengeringkan air mataku, bukan menjadi penyebabnya.
Dulu aku mempercayaimu. Namun kini, kata-katamu tak ada artinya lagi bagiku. Perilakumu akhirnya mengatakan kebenaran yang sebenarnya.
Hanya karena aku membiarkanmu pergi, bukan berarti itu yang aku inginkan.
Suamiku, hanya karena aku cukup kuat untuk menangani rasa sakit, bukan berarti aku layak mendapatkannya.
Hatiku, yang telah hancur berkeping-keping, perlahan berubah menjadi es. Dingin dan beku..
Suamiku, jangan kau minta maaf. Aku adalah orang yang terlalu mempercayaimu. Itu salahku, bukan salahmu!
Rasa sakit yang paling mengerikan adalah ketika aku mencoba tersenyum hanya untuk menghentikan air mata agar tidak jatuh.
Kadang-kadang aku berharap bisa bangun tidur dan tidak ingat apa-apa lagi tentang kekecewaan yang kau hadirkan, Suamiku…
Kadang-kadang balas dendam terbaik dari sakit hati adalah tersenyum dan melanjutkan.
Suamiku, kamu menghancurkan hatiku, tapi aku masih mencintaimu dengan semua bagian kepingan itu.
Kesalahan paling bodoh dalam hidupku adalah mengira orang yang paling menyakitiku, tidak akan menyakitiku lagi.
Ketika kita bukan lagi sepasang yang saling ingin membahagiakan, tak bisakah kita menjadi sepasang yang saling mengenang kebaikan?
Mendung di luar mungkin telah berlalu, tapi mendung dalam hati ini entah kapan akan hilang tersapu.
Mengingat sikapmu itu membangkitkan pusara kesedihan di hatiku, membuat tetes demi tetes air mata jatuh dan begitu menyesakkan dada.
Suamiku, perasaan di dalam hatiku ini bukanlah sendal jepit yang selalu kau injak-injak.
Sakit hati, tapi tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan itu.
Suamiku.., seperti sang pelangi malam, ia pun turut berduka dan memudarkan warnanya saat tahu dirimu tak mengerti aku.
Suatu hari dia akan menyadari bahwa dia telah kehilangan berlian saat bermain dengan batu-batu yang tidak berharga.
Tanpa komunikasi, tidak ada hubungan. Tanpa rasa hormat, tidak ada cinta. Tanpa kepercayaan, tidak ada alasan untuk melanjutkan.
Terkadang aku berharap aku kembali menjadi anak-anak, karena lutut yang terluka lebih mudah diobati daripada hati yang patah.