25 Tari Bali Terpopuler, Lengkap Arti dan Sejarahnya


penari bali

Apa saja jenis-jenis tari dalam kebudayaan masyarakat pulau Bali? Bagaimana sejarah penciptaan dan fungsi seni tari tersebut? Salah satu yang menjadi andalan pariwisata pulau Bali adalah ragam kebudayaannya yang unik. Berbagai seni tradisi dapat anda jumpai ketika berlibur di pulau kecil ini, salah satunya adalah pementasan berbagai jenis tari tradisional, baik itu di panggung hiburan, taman budaya, hingga juga di area pura.

Bali memiliki puluhan nama tarian, seperti tari cendrawasih, tari belibis, tari margapati, tari topeng, tari pendet, joged, dan sebagainya. Namun, dari sekian banyak tarian tradisional Bali tersebut, secara garis besar dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: Tari Wali (Sakral), Tari Bebabi (Semi Sakral), dan Tari Balihan (hiburan).

Tari Bali / Wali

Tari Sakral Bali ini juga dikenal dengan nama tari wali atau tari sanghyang. Tarian ini hanya boleh dipentaskan tatkala ada sebuah upacara yadnya (ritual keagamaan) yang sedang berlangsung. Jenis tarian ini ditujukan untuk melengkapi rangkaian suatu upacara keagamaan.

Ada juga yang menganggap bahwa tarian ini dipentaskan untuk menghibur para leluhur atau para dewa-dewi kahyangan yang sedang turun ke bumi (mercapada). Tarian sakral biasanya dipentaskan di dalam area pura (jeroan) dengan menggunakan berbagai perlengkapan dan pakaian tertentu.

Ada juga tarian yang hanya boleh dipentaskan oleh gadis-gadis yang masih suci. Beberapa jenis tarian tradisional Bali yang tergolong tari sakral diantaranya:

  • Sang Hyang Dedari adalah tari yang memasukkan unsur-unsur kerasukan guna menghibur dewa-dewi, meminta berkat dan menolak bala.
  • Sang Hyang Jaran yaitu tarian yang dimainkan oleh dua orang laki-laki sambil menunggang kuda-kudaan yang terbuat dari rotan dan atau kayu dengan ekor yang terbuat dari pucuk daun kelapa.
  • Tari Rejang adalah tarian yang ditampilkan oleh wanita secara berkelompok di halaman pura pada saat berlangsungnya upacara. Tari rejang memiliki gerakan yang sederhana dan lemah gemulai.
  • Tari Baris merupakan jenis tarian pria, ditarikan dengan gerakan yang maskulin. Berasal dari kata bebaris yang bermakna prajurit, tarian ini dibawakan secara berkelompok, berisi 8 sampai 40 penari.
  • Tari Pendet merupakan tari penyambutan turunnya dewa-dewi dalam suatu upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh warga Bali.

Tarian Bebali

Tari ini merupakan jenis tarian semi sakral, dapat berfungsi sebagai tari sakral dalam upacara tertentu dan sekaligus bisa sebagai tari hiburan. Di areal pura, tari ini biasanya dipentaskan pada halaman tengah (madya mandala). Tarian ini biasanya mengisahkan suatu lakon kisah yang terkait dengan upacara yadnya tersebut. Yang termasuk tarian bebali adalah:

  • Tari Topeng adalah tari yang menggunakan topeng sebagai penggambaran dari sebuah karakter/tokoh. Tari topeng Bali beraneka ragam, masing – masing daerah mempunyai nama dan keunikannya tersendiri. Ada tari topeng Sanghyang, topeng Sidakarya, Topeng Panca, Tari Topeng Pajegan, dan lainnya.
  • Gambuh adalah seni dramatari tertua Bali yang dianggap paling tinggi mutunya. Tari Gambuh merupakan Drama tari Klasik Bali yang paling kaya dengan gerakan tari dan dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali, Gambuh berbentuk total theater dimana didalamnya terdapat unsur seni tari (yang paling dominant ), seni suara, seni sastra, seni drama dan unsur lainnya . Di Bali, Gambuh diduga timbul sekitar abad ke 15 yang lakonnya bersumber pada ceritra Panji.

Tarian Balih-balihan

Tari ini merupakan jenis tarian hiburan, berfungsi sebagai hiburan masyarakat. Tarian ini umumnya dipentaskan di panggung atau gedung (wantilan) atau di area terluar pura (jaba). Tarian balih-balihan terus mengalami dinamika seiring kreatifitas seniman – seniman tari (pragina) pulau Bali. Beberapa jenis tari hiburan ini antara lain: arja, joged, drama gong, tari kecak, janger, calon arang, tari cendrawasih, tari puspa anjali, tari manuk rawa, sendratari, seni tradisional modern dan sebagainya.

Nah, ketika anda berwisata ke pulau Bali, anda bisa menyaksikan beragam pementasan tari hiburan yang biasanya diadakan di panggung pementasan, di beberapa hotel, atau di area Pura yang sedang berlangsung upacara keagamaan, atau di rumah warga yang tengah melangsungkan upacara riutal tertentu. Dari berbagai jenis tari tradisional yang eksist di Bali, ada sejumlah tari tradisional – modern yang paling populer dan sering dipertunjukkan, yakni:

1. Tari Janger

tari bali tari jangerMenurut cerita masyarakat setempat, munculnya tari Janger di era tahun 1930an ini dilatarbelakangi oleh nyanyian bersahut-sahutan dari orang-orang yang memetik kopi. Nyanyian sahut-sahutan tersebut bertujuan untuk menghapuskan rasa lelah saat kegiatan memanen biji kopi. Nyanyian bersaut-sautan yang sederhana tersebut kemudian berkembang dan menjadi inspirasi terciptanya Tari janger.

Tari Janger ditarikan oleh 10 hingga 16 orang penari secara berpasangan, yaitu kelompok putri yang dinamakan janger dan kelompok putra yang dinamakan kecak. Mereka menari sambil menyanyikan Lagu Janger secara bersahut-sahutan. Lirik lagu Janger diadopsi dari nyanyian Sanghyang, sebuah tarian ritual kuno. Jika dikategorikan dalam Tari Bali, Janger termasuk Tari Balih-balihan, yakni tarian yang memeriahkan upacara maupun untuk hiburan.

2. Tari Topeng

tari topeng tari sakral baliBanyak negara dan daerah yang memiliki tarian yang menggunakan topeng sebagai asesoris utamanya, termasuk juga di Bali. Jika kita berbicara tentang budaya tanah air, maka Indonesia memiliki beberapa tari topeng, antara lain topeng Cirebon dari Jawa Barat, Topeng Malang, Topeng Reog, Topeng Ireng dan lainnya. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa topeng telah ada di dunia sejak jaman prasejarah. Aksesoris yang digunakan pada wajah ini juga dimanfaatkan dalam pertunjukan seni drama dan seni tari yang di Bali dikenal dengan nama tari topeng.

Mengadaptasi kehidupan nyata, Tair topeng yang digunakan bisa menggambarkan banyak karakter, baik karakter orang pada masa kini maupun tokoh – tokoh fiktif atau orang zaman dahulu dengan berbagai sifat dan karakternya. Keberadaan topeng dalam masyarakat Bali berkaitan erat dengan upacara keagamaan Hindu, karena kesenian luluh dalam agama dan masyarakat.

Tari Topeng Bali adalah sebuah tradisi yang kental dengan nuansa ritual magis, umumnya yang ditampilkan di tengah masyarakat adalah seni yang disakralkan. Tuah dari topeng yang merepresentasikan dewa-dewa dipercaya mampu menganugrahkan ketenteraman dan keselamatan.

3. Tari Wirayudha

tari wirayuda tari perang baliWirayudha berasal dari dua kata, yakni wira berarti pahlawan dan yudha artinya perang. Tari Wirayudha merupakan tari yang bertemakan peperangan dan menunjukkan kegagahan sosok laki-laki prajurit kerajaan. Tari ini ditarikan oleh antara 2 sampai 4 pasang penari pria yang membawa senjata tombak.

Tari Wirayudha diciptakan untuk menggambarkan sekelompok prajurit Bali Dwipa yang sedang bersiap-siap untuk maju ke medan perang. Dalam pementasannya, para penari mengenakan hiasan ikat kepala berbentuk udeng-udengan. Tarian ini merupakan seni kreasi tari tradisional modern yang diciptakan oleh I Wayan Dibia pada tahun 1979 melalui Sanggar Tari Bali Waturenggong.

4. Tari Puspanjali

tari puspanjali tari penyambutan baliDilihat dari kata pembentuknya, Puspanjali berasal dari kata puspa (bunga) dan anjali (sambutan penghormatan) merupakan tari penyambutan untuk para tamu kehormatan. Tari ini dipentaskan oleh sekelompok penari putri dengan jumlah penari antara 5-7 orang dengan membawa bokoran (piring tradisional) yang berisi aneka kuntum bunga harum. Tari Puspanjalai menampilkan gerak-gerak lembut lemah gemulai yang dipadukan dengan gerak-gerak ritmis yang dinamis.

Tarian ini banyak mengambil inspirasi dari gerakan tarian Rejang, dan menggambarkan sejumlah gadis yang dengan penuh rasa hormat menyongsong kedatangan para tamu yang datang ke pulau mereka. Tari ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya (penata tari) dan I Nyoman Windha (penata tabuh pengiring) pada tahun 1989. Dalam acara-acara besar tertentu, misalnya pertemuan sejumlah duta besar atau konferensi tinggi di Bali, tari Puspanjali dijadikan sebagai tari pembuka acara.

5. Tari Baris

tari baris tari sakral baliSama halnya seperti tarian Wirayudha, tari Baris juga merupakan tari perang yang menggambarkan keperkasaan prajurit atau ksatria. Namun, yang membedakannya adalah tari Baris merupakan tari sakral yang biasanya dipertunjukkan pada moment-moment khusus di area pura. Tari Baris biasanya dipentaskan oleh 8 sampai 40 pria yang memakai pakaian tradisional para pejuang lengkap dengan ornamen pada kepala, badog, lamak, awir, baju beludru, celana panjang. Masing-masing kabupaten memiliki ciri kostum tertentu sehingga tari Baris menjadi cuup unik untuk setiap kabupaten di Bali.

Dalam peragaan tarinya, tari Baris diawali oleh gerakan yang hati-hati layaknya seorang prajurit yang sedang mencari musuhnya di daerah yang belum dikenal. Ketika sampai di tengah panggung, para penari mulai berjinjit, bergerak lebih cepat dan dengan gesit berputar di atas satu kaki. Ekspresi wajahnya menunjukkan raut muka seorang pejuang yang tengah berada di medan perang. Tari baris diperkirakan diciptakan pada abad ke-16 yang merupakan tarian keramat (sakral) yang dipertunjukan pada acara tertentu, misalnya upacara penutup kremasi atau upacara peringatan Pura dan upacara suci lainnya.

Masyarakat setempat percaya bahwa pementasan tari Baris di perayaan tertentu memiliki kekuatan magis para dewa dewi dan leluhur turun ke dunia untuk memberi berkat. Jadi tarian ini dipersembahkan untuk mereka sebagai pertunjukan dan juga rasa syukur.

6. Tari Kecak

pertunjukan tari kecak baliAnda yang ingin liburan ke Bali harus menonton pertunjukan tari ini. Tari Kecak adalah pertunjukan tarian seni yang berpadu kisah drama, terutama kisah lakon Ramayana. Unsur pemain utamanya adalah laki-laki, kecuali Dewi Sita dan beberapa pengiring perempuannya. Tari Kecak adalah hasil karya Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies pada tahun 1930an.

Dalam pertunjukan tarian ini menggunakan banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan kata “cak” dan mengangkat kedua lengan. Penggalan epos yang dilakonkan dalam tari kecak adalah kisah Ramayana saat barisan kera dan Anoman membantu Rama melawan Rahwana.

Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain poleng (motih kotak-kotak putih hitam seperti papan catur) melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari utama yang menjadi lakon yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.

7. Tari Barong

tari barong baliJika di Cina kita sering melihat pertunjukan aksi Barongsai, maka di pulau Dewata Bali ada jenis tari serupa yang bernama tari Barong. Tari ini diperkirakan telah ada sebelum munculnya agama Hindu di Nusantara sehingga merupakan tari sakral yang hanya dipentaskan pada upacara ritual tertentu. Kata Barong berasal dari kata “bahruang” yang berarti juga beruang. Hal ini menjadi ciri khas utama, dimana bentuk barong menggunakan asesoris besar yang dimainkan oleh 2 orang laki-laki yang bertindak sebagai bagian kepala dan bagian badan barong sehingga kelihatannya seperti binatang berkaki empat.

Ada beragam tari barong dengan fungsi dan tradisi yang berbeda, diantaranya tari barong macan, barong bangkal, barong gajah, barong asu, barong landung, barong blasblasan, barong ket (keket). Tari Barong yang sering ditampilkan pada saat ini adalah tari barong ket. jenis tari barong ini memiliki kostum dan gerak tari yang lengkap, bentuknya merupakan perpaduan antara binatang singa, macan, sapi atau boma.

Badan Barong dihiasi dengan berbagai ukiran yang dibuat dari kulit, dengan potongan kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari serat daun perasok, ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak, topeng muka barong dibuat dari kayu dengan sumber tempat yang angker dan keramat. Sering kali tari Barong ini dipentaskan dalam lakon drama yang mengisahkan peperangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan) Tarian ini diiringi oleh gamelan Gong Kebyar, gamelan Batel dan gamelan Babarongan dan kerap ditambahkan dengan aksi tari keris keraksukan.

8. Tari Cendrawasih

tari cendrawasih baliTari Cendrawasih adalah hasil karya seni gerak dari I Gde Manik dan pertama kali ditampilkan di subdistrik atau kecamatan Sawan di Kabupaten Buleleng pada 1920an. Tapi tari Cendrawasih yang sering dipertunjukkan pada masa kini adalah hasil olahan koreografi oleh N. L. N. Swasthi Wijaya Bandem, yang diaransemenkan pada penampilan pertamanya di tahun 1988. Seperti halnya tari burung Merak dari Jawa Barat, tari Cendrawasih Bali menggambarkan keindahan burung Cendrawasih.

Burung yang merupakan ikon tanah Papua tersebut dalam masyarakat Bali dikenal sebagai Manuk Dewata. Tari Cendrawasih pentaskan oleh 2 orang wanita yang berperan sebagai burung cendrawasih jantan dan cendrawasih betina. Gerak kedua burung ini ibarat sepasang burung yang memadu kasih. Mereka meliuk-liuk seperti sedang menari dan juga menyanyi ketika menjelang perkawinan.

9. Tari Trunajaya

tari trunajaya pemuda baliTrunajaya berasal dari kata teruna yang artinya pemuda dan jaya artinya jaya (puncak). Tari Trunajaya menggambarkan gerak gerik seorang pemuda yang baru menginjak dewasa. Gerakan dan ekspresinya menggambarkan prilaku seorang remaja yang tubuh kuat, penuh enerjik, emosional dan gerakannya senantiasa untuk memikat hati seorang gadis. Tari Trunajaya termasuk tari putra dengan ekpresif keras. Namun ketegasan tari ini lebih mantap jika ditarikan oleh penari putri.

Tari Trunajaya diciptakan pada tahun 1915 oleh Pan Wandres dalam bentuk kebyar Legong dan kemudian disempurnakan oleh I Gede Manik. Kreasi tarian yang berasal dari Bali Utara ini diciptakan untuk sebuah tari hiburan yang bisa dinikmati saat-saat perayaan tertentu. Tari Trunajaya termasuk dalam kategori tari Balih-balihan atau sebagai tari hiburan. Sebagai tari hiburan tarian ini dapat dipentaskan dimana saja. Misalnya di halaman pura, di lapangan atau panggung tertutup/terbuka, dan di tempat- tempat lainnya.

10. Tari Legong

tari legong baliSalah satu tari klasik yang telah tercipta pada zaman kerajaan adalah Tari Legong. Pada awalnya tarian ini hanya dipertontonkan di lingkungan kraton. Kata Legong berasal dari kata “leg” yang atinya luwes atau elastis, dan kata “gong” berarti musik gamelan. Dengan demikian makna Legong berarti tarian lemah gemulai yang terikat oleh irama musik gamelan gong. Ada beberapa jenis tari Legong yang eksist dan berkembang di Bali, antara lain tari Legong Lasem (Kraton), Legong Jobog, Legong Legod Bawa, Legong Kuntul, Legong Smaradahana dan Legong Sudarsana.

Tari Legong ditarikan oleh 2-3 orang penari yang menghadirkan tokoh “Condong”, sebagai pembuka tarian ini, namun ada kalanya tari legong ini tidak menghadirkan tokoh tersebut, tergantung jumlah penarinya. Gamelan yang mengiringinya di kenal dengan nama Semar Pegulingan. Ciri khas lain dari Tari Legong adalah penarinya memakai kipas, kecuali penari dengan tokoh Condong.

11. Tari Pendet

tari pendetTari Pendet adalah jenis tari klasik yang dipentaskan dalam kegiatan pemujaan atau upacara keagamaan di pura. Tarian ini sebagai simbol penyambutan atas turunnya dewa dewi ke alam dunia. Seiring perkembangan zaman, tari penyambutan ini diadopsi menjadi tari hiburan (balih-balihan) untuk menyambut tamu atau tari pembukaan dalam acara resmi. Koreografer yang mengaplikasikan tari Pendet sebagai tari “ucapan selamat datang” adalah I Wayan Rindi pada tahun 1950-an.

I Wayan Rindi adalah seorang seniman yang seumur hidupnya mengamati seluruh tarian Bali, Tari ini diajarkan paling pertama kali jika kita ingin belajar tari Bali, karena tari Pendet ini semacam basic untuk bisa menari tarian yang lainnya. Di tarian ini, kita akan mempelajari gerakan-gerakan dasar tari Bali. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, namun kebanyakan wanita, dewasa maupun gadis dengan menari sambil membawa perlengkapan sesajen (hiasan bunga).

12. Tari Panji Semirang

tari panji semirang tari keratonTari Panji Semirang merupakan sebuah tarian yang diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942. Tarian Panji Semirang termasuk tari pertunjukan (hiburan) sehingga tidak dipentaskan di areal pura. Tarian ini mengisahkan tentang seorang putri raja bernama Galuh Candrakirana yang pergi mengembara ke luar istana dengan menyamar menjadi laki-laki bernama Raden Panji. Pengembaraan tersebut dilakukan setelah Sang Putri kehilangan suaminya.

Hal ini agak sedikit berbeda dalam Babad Bali, dimana tarian ini menggambarkan putri bernama Galuh Candrakirana yang melakukan perjalanan dan pengembaraan untuk mencari kekasihnya yang hilang bernama Raden Panji Inu Kertapati. Sang Putri pergi dengan menyamar sebagai laki-laki. Tarian ini ditarikan oleh perempuan dengan penampilan seperti laki-laki, dan tentu saja gerakan yang diekspresikan bukan gerak gemulai perempuan, tetapi berkarakter laki-lakki.

13. Tari Margapati

tari margapatiTari Margapati berasal dari kata mrga = binatang, dan pati = raja. Tari ini adalah sebuah tarian yang melukiskan gerak-gerak seekor raja hutan (singa) yang sedang berkelana di tengah hutan untuk memburu mangsanya. Tarian ini termasuk Tari Putra Keras. Tari Margapati diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942. Tarian ini merupakan Tari Tunggal yang ditarikan oleh satu orang penari putra.

Namun dalam hal ini Tari Margapati bisa di bawakan oleh perempuan dengan ekspresi mimik yang gagah. Tari Margapati dalam tari profan memiliki fungsi sebagai hiburan di masyarakat dan biasa dipentaskan dalam mengisi acara dalam upacara agama atau acara resmi lainnya.

14. Tari Gopala

tari gopala tari modern baliTari Gopala merupakan tari tradisi Bali yang menceritakan tingkah laku sekelompok penggembala sapi di suatu ladang / tempat penggembalaan. Kata Gopala diambil dari bahasa Kawi yang berarti penggembala sapi. Tari Gopala ini biasanya dipentaskan oleh 4 sampai 8 orang penari putra. Tarian ini adalah ciptaan bersama antara I Nyoman Suarsa (penata tari) dan I Ketut Gede Asnawa (sebagai penata iringan) dengan ekspresi gerakan tari yang humoris dengan materi gerak yang merupakan perpaduan antara gerak-gerik tari Bali yang sudah ada yang telah dikembangkan dengan gerak-gerak baru.

Tari ini diciptakan pada tahun 1983 yang diambil dari cerita pragmentari “Stri Asadhu” karya Ibu Ketut Arini, S.St. Tari Gopala dianggap sebagai tarian yang bertemakan kerakyatan. Gerak tariannya mencakup aktivitas gerakan binatang sapi, memotong rumput, menghalau burung, membajak sawah, menuai padi, dan lainnya.

15. Tari Condong

tari condong tari klasikTari Condong umumnya digunakan sebagai pendahuluan dari tari legong, tarian ini dibawakan dengan diiringi oleh gamelan pangulingan. Tari condong adalah tari tradisional yang diperkkirakan tercipta pada abad ke-19 di lingkungan kraton atau istana kerajaan Bali pada, sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti tokoh yang menciptakan tari. Namun, menurut kepercayaan masyarakat, bahwa asal mula tari ini bermula dari seorang pangeran dari Sukawati yang sakit parah.

Kemudian ia mendapat penglihatan gaib dua gadis cantik menari dengan anggun ditemani musik gamelan. Setelah pangeran tersebut sehat kembali, pangeran ini mereka ulang tarian yang pernah dilihatnya. Tarian ini awalnya menceritakan kisah dua bidadari bernama Supraba dan Wilotama. Kemudian, sejak periode 1930-an, cerita diubah menjadi seorang raja atau ratu. Menurut pengakuan beberapa seniman tari, Tari Condong memiliki gerakan yang cukup sulit dan durasinya juga cukup lama, sekitar 12 menit. Tarian ini adalah tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang sangat kompleks yang menggambarkan seorang abdi Raja.

16. Tari Ciwa Nataraja

tari siwa nataraja tari persembahan dewa dewiCiwa Nataraja adalah manifestasi Siwa sebagai penari tertinggi alias Dewanya penari. Gerakan Siwa merupakan pancaran tenaga prima yang kemudian menyatu sehingga terciptalah alam semesta ini. Begitu menurut kepercayaan orang Bali. Gerakan Siwa merupakan pancaran tenaga prima yang kemudian menyatu sehingga terciptalah alam semesta ini. Begitu menurut kepercayaan orang Bali. Tarian Siwa Nataraja adalah simbol dari agama, seni dan ilmu pengetahuan digabungkan menjadi satu. Dalam tarian Brahman yang tanpa akhir dari penciptaan, pemeliharaan dan peleburan, tersembunyi suatu pengertian yang dalam tentang alam semesta kita.

Nataraja, Raja Tari, mempunyai empat tangan. Tangan kanan atas memegang drum/genderang dari mana hasil-hasil ciptaan terus keluar tiada hentinya (Tuhan adalah sumber dari segala ciptaan). Tari Siwa Nataraja yang telah dijadikan tari kebesaran STSI Denpasar ini ditarikan oleh sembilan orang penari putri: satu orang berperan sebagai Siwa, sedangkan delapan orang lainnya menggambarkan pancaran tenaga-tenaga prima dari Siwa.

Tarian ini merupakan perpaduan antara tari Bali dengan beberapa elemen tari Bharata Natyam (India) yang telah dimodifikasi sehingga terwujudlah suatu bentuk tari yang utuh. Tarian ini diciptakan pada tahun 1990 oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem yang juga sebagai penata kostumnya dengan penata iringan adalah I Nyoman Widha.

17. Tari Belibis

tari belibis tari burungTari ini diilhami oleh cerita Angling Dharma yang merupakan seorang Raja. Dalam pengembaraannya, Angling Dharma bertemu dengan seorang putri raksasa pemakan manusia. Raksasa merasa khawatir rahasianya diketahui oleh Angling Dharma, dikutuklah Angling Dharma menjadi seekor burung Belibis yang hidup di air. Tarian ini ditarikan oleh perempuan secara berkelompok. Tari Belibis diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (koreografer) dan I Nyoman Windha selaku pengiring tabuh pada tahun 1984.

Gerakan tari burung Blibis tidak hanya berkaitan dengan kelenturan tubuh, tetapi juga berhubungan dengan tenaga yang digunakan. Seperti layaknya seekor burung, tari Blibis mengedapankan gerakan kepala dan leher, pandangan mata, serta gerak tangan dan kaki. Musik dan gamelan yang mengiringi tari ini berkesan lincan dan agresif. Beberapa alat musik yang digunakan antara lain: gangsa, cengceng, reong, kempul, penyahcah, suling, kendang, gong, jegogan, dan kajar.

18. Tari Manukrawa

tari manukrawaTarian manuk rawa pertama kali diciptakan pada tahun 1981 oleh I Wayan Dibia (koreografer), dan I Wayan Beratha (komposer). Pada mulanya, tari manuk rawa merupakan bagian dari sendratari Mahabharata Bale Gala-Gala karya tim sendratari Ramayana/Mahabharata Propinsi Bali yang ditampilkan dalam Pesta Kesenian Bali tahun 1980. Kemudian keindahan tari ini dikembangkan menjadi tari lepas untuk tujuan hiburan. Merujuk asal katanya, Manukrawa berasal dari kata Manuk yang artinya burung dan rawa artinya rawa-rawa.

Tarian ini umumnya dipentaskan oleh 5 sampai 7 orang penari wanita. Tari Manukrawa merupakan tarian kreasi baru yang menggambarkan perilaku sekelompok burung (manuk) air (rawa) sebagaimana yang dikisahkan didalam cerita Wana Parwa dari Epos Mahabharata. Gerakannya diambil dari tari klasik Bali yang dipadukan dengan gerakan tari dari Jawa dan Sunda, yang telah dimodifikasikan sesuai dengan tuntutan keindahan. Tari Manukrawa sering dipentaskan oleh anak-anak dengan gerakan yang ekspresif, yakni termasuk gerakan loncat dan jongkok yang menggambarkan kelincahan burung rawa.

19. Tari Rejang

tari rejang tari sakralTari tradisional Bali yang juga populer saat kegiatan upacara keagamaan di pura adalah Tari Rejang. Gerak-gerik tari ini sangat sederhana namun progresif dan lincah. Tarian ini dipentaskan/ditarikan oleh penari-penari perempuan Bali dengan penuh rasa hidmat, penuh rasa pengabdian kepada Dewa-Dewi Hindu dan penuh penjiwaan. Para penarinya mengenakan pakaian upacara yang meriah dengan banyak dekorasi-dekorasi, menari dengan berbaris melingkari halaman pura atau pelinggih yang kadang kala dilakukan dengan berpegang-pegangan tangan.

Tari Rejang ada beragam jenisnya sesuai dengan fungsi tertentu, diantaranya adalah: Rejang Renteng, Rejang Bengkel, Rejang Ayodpadi, Rejang Galuh, Rejang Dewa, Rejang Palak, Rejang Membingin, Rejang Makitut, Rejang Haja, dan juga Rejang Negara. Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Rejang diperkirakan sudah ada sejak jaman pra-Hindu. Tarian ini dilakukan sebagai persembahan suci untuk menyambut kedatangan para dewa yang turun ke Bumi.

Tari Rejang ini merupakan tarian persembahan suci dalam menyambut kedatangan para dewa yang datang dari kahyangan dan turun ke Bumi. Tarian ini berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan mereka kepada dewa atas berkenannya turun ke Bumi.

20. Tari Tenun

tari tenun kreasi baruTari tenun merupakan tarian yang menggambarkan perempuan Bali dalam membuat kain tenun (sejenis kain tradisional Bali Timur). Kisah penggambaran tari tenun dimulai dari proses memintal benang sampai pada menenun dengan perasaan senang dan gembira. Tarian ini pada umumnya dibawakan oleh tiga orang penari atau lebih.

Tari tenun diciptakan oleh I Nyoman Ridet dan I Wayan Likes pada tahun 1962. Selain untuk keindahan gerak, tari tenun juga berfungsi untuk melestarikan kebudayaan tenun-menenun yang ada di Bali dan juga melestarikan alat-alat tradisional yang dipergunakan dalam menenun. Busana Tari Tenun terdiri dari: kepala memakai lelunakan; pakaiannya terdiri dari tapih, kamen, dan selendang yang dililitkan di dada serta sabuk prada; tata rias hampir sama dengan tarian lain; bunga sandat 3buah di kenakan di kepala; bunga yang berwarna merah, juga di kenakan di kepala; dan bunga semanggi di kenakan di kepala.

21. Tari Joged

tari joged tari pergaulan muda mudiTari Joged adalah suatu tarian pergaulan (social dance) yang sangat popular dan sangat digemari oleh masyarakat Bali hingga saat ini. Tarian ini tergolong tari balih-balihan (secular dance) yang biasanya dipentaskan untuk hiburan. Tarian joged mempunyai banyak macam, diantaranya: Joged Bumbung, Joged Pingitan, Joged Gebyog, Joged Pudengan dan Joged Gandrung. Joged bumbung di Bali pertama kali muncul di daerah Bali utara sekitaran tahun 1940 yang kemudian berkembang dengan cepat ke seluruh pelosok pulau Bali.

Tarian ini dinamakan Joged Bumbung karena mempunyai gerakan tari yang aksentuasinya diikat oleh aksentuasi gambelan tingklik bumbung yang belaraskan selendro. Tari Joged Bumbung merupakan tarian yang tidak berlakon khusus. Seorang penari Joged biasanya pentas hanya 30 menit, kemudian diganti oleh penari lainnya. Yang menjadi jawat atau pengibingnya adalah para penonton laki-laki secara bergiliran. Dalam perkembangan kepariwisataan seperti sekarang ini fungsi joged bumbung selain sebagai hiburan rakyat ternyata Joged Bumbung kini sudah bias dipergunakan untuk menghibur para wisatawan yang berkunjung ke Bali.

22. Tari Gambuh

tari gambuh tari adat baliGambuh adalah sebuah drama tari warisan budaya Bali, yang memperoleh pengaruh dan drama tari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur, yang dikenal dengan nama Rakêt Lalaokaran. Drama tari klasik yang lahir di Puri pada masa lampau, masih dilestarikan di berbagai daerah di Bali, yang dulunya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan. Rakêt telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, dan baru disebutkan lagi dalam Kidung Warjban Wideya dari abad XVI.

Rakêt Lalaokaran yang juga disebut Gambuh Ariar adalah pertunjukan berlakon yang merupakan perpaduan antara Rakêt dengan Gambuh. Gambuh abad XVI ini adalah tarian perang yang merupakan kelanjutan dan Bhata Mapdtra Yuddha, yaitu tarian perang untuk menghibur rakyat Majapahit yang melaksanakan upacara Shreiddha. Kemudian tari ini berkembang dan lestari di Bali serta memberi pengaruh kesenian masyarakat Bali. Salah satu drama tari yang mendapat pengaruh dari Gambuh adalah drama tari opera arja. Arja adalah drama tari opera yang menggunakan tembang dan dialog sebagai media ungkap lakon yang ditampilkan.

23. Tari Panyembrama

tari panyembrama tari selamat datangTari Panyembrama adalah tari penyambutan yang diciptakan oleh I Wayan Berata pada tahun 1970an. Di Bali, selain digunakan sebagai tari penyambutan, tari ini juga sering dipentaskan dalam upacara agama hindu di pura sebagai tari pelengkap persembahan sebelum tari sanghyang atau rejang.

Gamelan yang digunakan dalam tarian ini adalah gong kebyar dan dalam pentas menggunakan pakaian adat Bali. Tari Panyembrama dipentaskan oleh sejumlah penari perempuan yang dirancang sedemikian rupa, sehingga lirik mata, senyum, dan gerak gemulai tubuhnya terlihat anggun mempesona.

24. Tari Sanghyang

tari sanghyang tari kuno baliSalah satu tari sakral umat Hindu di pulau Bali adalah tari Sanghyang. Tarian ini sering dipentaskan untuk fungsi sebagai pelengkap upacara atau juga sebagai media untuk mengusir wabah penyakit yang sedang melanda suatu desa atau daerah. Selain untuk mengusir wabah penyakit, tarian ini juga digunakan sebagai sarana pelindung terhadap ancaman dari kekuatan magis hitam (black magic). Tari yang merupakan sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu ini biasanya ditarikan oleh dua gadis yang masih kecil (belum dewasa) dan dianggap masih suci.

Sebelum dapat menarikan sanghyang calon penarinya harus menjalankan beberapa pantangan, seperti: tidak boleh lewat di bawah jemuran pakaian, tidak boleh berkata jorok dan kasar, tidak boleh berbohong, dan tidak boleh mencuri. Tari Sanghyang ada beberapa jenis, diantaranya Sanghyang Dedari, Sanghyang Deling, Sanghyang Penyalin, Sanghyang Celeng, Sanghyang Memedi, Sanghyang Bungbung, Sanghyang Janger, Sanghyang Jaran, Sanghyang Kidang, dan Sanghyang Sengkrong.

25. Tari Kebyar Duduk

kesenian tari bali kebyar dudukTari Kebyar duduk diciptakan oleh seorang maestro seni asal kabupaten Tabanan pada tahun 1925 bernama I Ketut Mario. Tari kebyar duduk juga biasa disebut dengan tari Kebyar Terompong (jika dimainkan memakai instrument Terompong). Tari ini dinamakan Kebyar Duduk karena sebagian besar gerak-gerakan tarinya dilakukan dalam posisi duduk dengan kedua kaki menyilang (bersila).

Bagian dari gerak tari yang dilakukan dengan posisi sulit, yaitu setengah jongkok, dan terlihat unik ketika penari dapat bergerak melangkah atau berpindah tempat dengan cepat. Sama seperti tarian Baris, tari Kebyar Duduk merupakan tarian tunggal. Jika tari Baris mengilustrasikan gerakan-gerakan ksatria (prajurit) Bali pada umumnya. Dalam tarian Kebyar penekannya adalah pada penari itu sendiri yang menginsterpretasikan nuansa musik dengan ekspresi wajah dan gerakan.

Penciptaan tarian ini terdiri atas empat bagian, yaitu papeson, kebyar, pangandeng, dan pangecet. Tari Kebyar Duduk menggambarkan seorang pemuda yang menari dengan lincah mengikuti irama gamelan.

Demikianlah sederet aneka seni tari yang berkembang dan populer di Pulau Bali. Selain tari-tarian tersebut, ada pula beberapa seni tari tradisional kreasi lama dan baru, antara lain: tari Wiranata, tari Oleg Tamulilingan, tari Nelayan, dan berbagai jenis tari kreasi baru lainnya. * Terima kasih telah membaca artikel ini. Jika bermanfaat, jangan lupa share di media sosial, seperti Facebook dan Twitter.


Tinggalkan komentar