Apa Itu Mimpi, Bagaimana Mimpi Bekerja? Ini Teorinya


teori mimpi

Mimpi adalah visual yang kita alami dalam tidur berdasarkan apa yang kita rasakan atau lakukan sepanjang hari. Otak kita memvisualisasikan kejadian baru-baru ini atau memori lama dan mencoba memperoleh beberapa informasi yang berarti darinya.

Isi atau skenario dari sebuah mimpi tentu bervariasi dari masing-masing orang, menurut psikologi dan imajinasi mereka. Beberapa ciri dan karakteristik dari sebuah mimpi yang muncul di alam tidur kita, antara lain:

  • Sulit dikendalikan
  • Narasi mimpi itu dalam sudut pandang orang pertama
  • Terkadang plot yang muncul tidak logis (aneh)
  • Kita tidak akan selalu dapat menemukan makna darinya
  • Kita akan bertemu orang-orang yang kita kenal atau pernah dijumpai dalam kehidupan nyata
  • Kadang-kadang, kita juga berjumpa dengan karakter yang belum pernah kita kenal
  • Kita dapat merasakan emosi dalam mimpi
  • Kejadian di kehidupan nyata bisa ditemukan (ditransfer) ke dalam mimpi
  • Kita bisa mengingat beberapa peristiwa dari mimpi kita, dan beberapa plot terkadang lenyap saat kita bangun tidur.

Apa Itu Mimpi Buruk?

Mimpi buruk adalah mimpi menyedihkan atau menakutkan yang membawa emosi yang tidak menyenangkan. Mimpi buruk yang sering muncul dapat menyebabkan hilangnya stabilitas mental dan suasana hati yang kacau di kehidupan nyata.

Apa Itu Lucid Dream?

Lucid dream atau mimpi sadar adalah mimpi yang dapat dikendalikan oleh si pemimpi. Ini tidak mudah dan membutuhkan banyak latihan. Lucid dream adalah mimpi yang memungkinkan si pemimpi memiliki kendali atas mimpinya. Ini berarti bahwa si pemimpi menyadari fakta bahwa dia sedang bermimpi dan apa yang dia impikan.

Fase Tidur

Untuk memahami mimpi secara detail, kita harus memiliki pemahaman yang jelas tentang fungsi siklus tidur. Setiap siklus tidur melewati lima tahap.

Tahap 1
Ini adalah tahap di mana kita berada dalam tidur ringan dengan gerakan mata lebih sedikit dan aktivitas otot yang minimal. Tahap ini menempati 4-5% dari seluruh tidur kita.

Tahap 2
Pada tahap ini, gerakan mata kita berhenti dan gelombang otak juga menjadi lebih lambat. Kita akan mengalami gelombang otak yang cepat sesekali. Ini dikenal sebagai spindel tidur. Tahap ini menempati jumlah maksimal tidur kita yakni 45- 55%.

Tahap 3
Di sini, gelombang otak paling lambat yang disebut gelombang delta mulai muncul yang disela oleh gelombang kecil dan cepat. Kita akan mengamati tahap ini membentuk 4- 6% dari tidur kita.

Tahap 4
Gelombang delta diproduksi oleh otak secara eksklusif. Jika kita mencoba membangunkan seseorang saat mereka berada di tahap 3 atau 4, kita mungkin menghadapi beberapa kesulitan. Kedua tahap ini bersama-sama membentuk fase ‘tidur nyenyak’ dan kita tidak akan mengamati gerakan mata atau aktivitas otot apa pun di sini.

Jika orang terbangun dari fase ini, mereka membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan dapat merasa disorientasi selama beberapa menit. Tahap ini menempati 12-15% dari seluruh tidur.

Tahap 5
Ini adalah tahap Gerakan Mata Cepat yang juga dikenal sebagai REM (Rapid Eye Movement). Pada fase ini, kita akan mengalami pernapasan yang cepat. Mata kita akan tersentak cepat ke arah yang berbeda dan kita akan merasa lumpuh. Kita tidak akan bisa menggerakkan bagian tubuh dengan mudah. Fase ini mencakup 20- 25% dari tidur kita.

Apa Penyebab Mimpi?

Kita akan menemukan berbagai teori seputar penyebab mimpi. Yang paling umum menjelaskan bahwa mimpi mengungkapkan hasrat dan keinginan pikiran bawah sadar kita. Teori lain tentang mimpi menunjukkan bahwa mimpi memberikan sinyal acak dari otak selama tidur. Ini membantu kita untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dalam kehidupan nyata. Satu teori juga mengatakan bahwa mimpi bekerja sebagai bentuk psikoterapi.

Mengapa Kita Bermimpi?

Sejak Sigmund Freud menjelaskan pentingnya mimpi, banyak penelitian telah dilakukan untuk membantu mengidentifikasi fungsi mimpi. Peneliti mimpi juga telah mencoba untuk mengetahui mengapa kita bermimpi.

Ada banyak teori yang muncul sebagai jawaban atas pertanyaan ini. Beberapa di antaranya adalah:

1. Konsolidasi memori

Teori mimpi ini mengatakan bahwa itu membantu kita membangun ingatan kita. Itu berarti mimpi meningkatkan pemikiran kognitif kita dan memperkuat ingatan kita. Karena ini, kita dapat dengan mudah mengingat informasi yang diinginkan.

2. Proses emosi

Sebagai manusia, kita juga mengalami emosi yang berbeda dalam mimpi kita. Jadi, ketika kita bermimpi, kita sering ditempatkan pada situasi yang berbeda, di mana otak kita belajar memproses emosi yang dialami saat itu.

Tapi apa perlunya melakukannya? Hal ini dilakukan agar ketika kita mengalami situasi seperti itu dalam kehidupan nyata, kita telah pernah melalui (berlatih) emosi negatif ini. Dengan cara ini kita akan dapat mengelola emosi dan kewarasan kita dalam kehidupan nyata.

3. Pembersihan mental

Beberapa bagian otak kita menyimpan terlalu banyak informasi. Ini membentuk kekacauan di otak. Sama seperti rumah yang kacau, otak yang kacau juga perlu dibersihkan. Oleh karena itu, mimpi adalah cara untuk melakukan itu. Data dari otak diproses dalam mimpi dan data yang tidak relevan kemudian dihapus dari pikiran kita.

4. Instant replay

Mimpi mengulang kejadian yang terjadi pada kita sepanjang hari kita atau di masa lalu kita baru-baru ini. Ini membantu kita memahami situasi dengan lebih baik karena kita berada dalam kondisi pikiran yang santai.

5. Aktivitas otak insidental

Teori ini menunjukkan bahwa mimpi hanyalah hasil dari tidur kita dan tidak memiliki akuntabilitas atau rasionalitas.

Kapan Kita Bermimpi?

Kita bermimpi dalam tahap NREM (Non-Rapid Eye Movement) dan REM (Rapid Eye Movement) dari siklus tidur. Namun, kita mengingat mimpi dari tidur REM lebih jelas karena otak kita aktif selama periode itu.

Berapa Lama Mimpi Bertahan?

Seperti disebutkan sebelumnya, siklus tidur kita terdiri dari fase NREM dan REM dan tahapan tidur terus berfluktuasi seiring waktu sepanjang tidur. Ini berarti bahwa sekali ada tidur REM, kemudian tidur NREM, dan kemudian tidur lagi REM, dan seterusnya.

Rata-rata, kita mengalami tahapan tidur tersebut sebanyak 5 kali dalam waktu tidur 7-8 jam. Periode waktu tidur REM terus meningkat setiap saat. Satu mimpi dapat berlangsung selama dua menit bahkan setengah jam atau satu jam selama akhir siklus tidur kita.

Apa Saja Jenis Mimpi?

Berbagai jenis mimpi didasarkan pada isi mimpi. Emosi atau peristiwa di kehidupan nyata juga membedakan mimpi. Kita menghadapi berbagai jenis emosi sepanjang hari, yang membuat kemunculan jenis mimpi yang beraneka ragam, antara lain:

Lucid Dreams
Mimpi yang berada dalam kendali kita. Itu hanya dapat dicapai dengan latihan sehari-hari dan upaya sadar.

Vivid Dreams
Mimpi yang begitu segar dalam ingatan kita sehingga terasa seperti terjadi di kehidupan nyata.

Mimpi Buruk
Mimpi yang melibatkan konten atau visual yang mengganggu. Mimpi-mimpi ini membawa emosi negatif, terkadang membuat gangguan tidur.

Mimpi Berulang
Ketika gambaran yang sama diulang dalam banyak mimpi selama periode waktu tertentu, itu disebut mimpi berulang.

Mimpi Normal atau Standar
Mimpi yang melibatkan tema umum seperti terbang, jatuh, kehilangan gigi, mimpi tentang air, mimpi tentang perselingkuhan, telanjang di depan umum, atau dikejar disebut mimpi normal.

False Awakening Dreams
Mimpi di mana Anda percaya bahwa Anda telah bangun tetapi Anda benar-benar bermimpi disebut mimpi kebangkitan palsu.

Selain itu, kita juga mengalami mimpi supranatural, mimpi kenabian, mimpi fantasi, dan banyak lagi.

Cara Kerja Mimpi

Mimpi bekerja atas dasar faktor psikologis. Ini membantu kita untuk mengekspresikan keinginan kita yang tertekan atau memecahkan masalah dalam kehidupan kita sehari-hari. Mimpi adalah sinyal yang dikirim dari otak yang menciptakan visual dalam pikiran kita seperti yang dinyatakan oleh hipotesis sintesis aktivasi.

Teori Kinerja Mimpi

National Sleep Foundation menyatakan bahwa “Mimpi adalah aktivitas mental murni yang terjadi dalam pikiran saat tubuh beristirahat.”

Ada banyak teori mimpi yang terkait dengan cara kerja mimpi. Sekarang, kita semua tahu bahwa mimpi yang terlihat selama fase tidur REM lebih jelas daripada mimpi NREM.

Teori mimpi yang pertama dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dia percaya bahwa itu semua psikologis. Dia percaya bahwa mimpi adalah hasil dari keinginan kita yang tertekan.

Carl Jung, yang merupakan murid Freud, juga percaya pada hubungan psikologis mimpi. Tetapi ideologinya berbeda dari pemandunya. Dia percaya bahwa mimpi sangat membantu kita dan memberi kita cerminan diri kita sendiri.

Masalah yang telah tersimpan dalam pikiran kita sejak lama dapat dipecahkan atau masalah dapat dipikirkan dengan bantuan mimpi. Ini memberi kita gambaran yang lebih baik dan jelas tentang masalah kita.

Oleh karena itu, mimpi memiliki kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis yang tidak kita miliki dalam kehidupan nyata kita.

Teori mimpi baru-baru ini diungkapkan oleh Allan Hobson dan Robert McCarley pada tahun 1973. Mereka mengabaikan hubungan psikologis mimpi. Mereka melakukan penelitian ekstensif untuk mengetahui apa yang masuk ke otak kita saat kita tidur. Hasilnya mengejutkan.

Mereka menemukan bahwa mimpi disebabkan hanya karena impuls listrik otak acak yang membawa gambar dari pengalaman yang telah disimpan dalam ingatan kita.

Mereka juga mengatakan bahwa gambar-gambar ini tidak dalam narasi yang tepat yang dapat kita ingat sebagai mimpi. Jadi, ketika kita bangun, kita mencoba menghubungkan gambar-gambar ini dan membentuk narasi kita sendiri untuk memahami mimpi kita. Teori ini disebut hipotesis aktivasi-sintesis.


Tinggalkan komentar