Penyakit Ginjal Kronis dan Ibadah Puasa


sakit ginjal

Bolehkah seseorang menjalankan ibadah puasa disaat penyakit ginjal kronis menyerang dirinya? Bagaimana asupan makanan yang tepat? Setiap kali bulan Ramadhan menjelang, seringkali para dokter menerima banyak pertanyaan serta kekhawatiran dari para pasien apakah mereka bisa menjalani ibadah puasa.

Seperti yang kita tahu, Islam secara prinsip tidak memberatkan umatnya pada sesuatu melainkan sekadar yang termampu. Bagi golongan yang berpenyakit kronis – ada kelonggaran atau rukhsah bagi mereka dalam menjalankan ibadah seperti puasa.

Namun, meskipun diberikan kelonggaran untuk tidak berpuasa, mayoritas pasien berpenyakit kronis cenderung untuk tetap menjalani ibadah puasa. Bahkan menurut penelitian EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Ramadan) yang melibatkan 13 negara – diketahui bahwa kebanyakan dari 12,24% pasien beragama Islam di dalam penelitian ini tetap memilih untuk berpuasa selama bulan Ramadhan.

Bahkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan di salah satu lembaga medis tersier di Malaysia, ditemukan bahwa kebanyakan pasien ginjal kronis yang membutuhkan perawatan dialisis berhasil menjalani ibadah puasa Ramadhan dengan selamat. Jadi, pasien ginjal yang menjalani hemodialisis tidak perlu risau untuk berpuasa jika kondisi kesehatan mereka stabil.

Namun, diingatkan bahwa pasien ginjal kronis yang memilih untuk berpuasa agar terdahulu berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani ibadah puasa. Ini adalah penting untuk memastikan tidak terjadi komplikasi buruk saat pasien menjalani ibadah puasa.

penyakit ginjalBagi pasien yang menjalani hemodialisis atau dialisis peritoneal, kedua pengobatan tersebut tidak membatalkan puasa asalkan tidak melibatkan pemberian glukosa, penambahan darah ataupun bahan bernutrisi melalui darah. Sangat ditekankan bahwa pasien tidak seharusnya menghentikan perawatan dialisis mereka semata-mata untuk menjalani ibadah puasa. Untuk beberapa pasien dialisis peritoneal – mereka juga dapat memilih untuk melakukan perawatan tersebut pada waktu malam menggunakan mesin Automated Peritonel Dialysis (APD). Bagi pasien yang menjalani perawatan hemodialisis, mereka bisa juga melakukan ibadah puasa pada hari yang tidak melibatkan perawatan dialisis.

Bagi penderita ginjal kronis yang tidak mampu menjalani ibadah puasa, mereka diberi kelonggaran untuk tidak berpuasa. Bahkan, jika pasien mengalami komplikasi seperti tekanan darah tinggi, kandungan gula darah yang rendah (hipoglikemia), gula terlalu tinggi hingga menyebabkan komplikasi seperti ‘diabetes ketoasidosis’ dan sebagainya, mereka seharusnya membatalkan puasa mereka atas alasan membahayakan kesehatan.

Penderita ginjal kronis juga disarankan untuk menjaga pola makan mereka dengan lebih teratur saat menjalani ibadah puasa. Mereka harus mengurangi asupan garam, protein, kolesterol, masakan manis (bagi yang mengidap kencing manis) dan kurangi makanan yang mengandung fosfat yang tinggi.

Konsumsi air pada jumlah yang tepat ketika sahur dan berbuka adalah penting untuk menghindari komplikasi paru-paru yang dapat menyebabkan kesulitan untuk bernapas. Bagi pasien yang menjalani perawatan dialisis atau menggunakan obatan diuretik, mereka harus berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui jumlah pasti air yang diperlukan.

Kebanyakan pasien mengkonsumsi air dalam jumlah yang kurang dari normal selama berpuasa. Maka, bagi pasien ini, jumlah dosis obat diuretik itu mungkin perlu dikurangi atau perubahan waktu dalam pemakaian obat itu harus dilakukan.

Diharapkan dengan penjelasan ini, sedikit sebanyak dapat meringankan dilema pasien ginjal kronis untuk menjalani ibadah puasa. Perlu dicatat juga bahwa tingkat kesehatan bagi setiap individu khususnya bagi penderita ginjal kronis adalah berbeda. Jadi, untuk kepastian dan penjelasan lebih jelas, silakan berkonsultasi dengan dokter Anda untuk mengetahui jika tingkat kesehatan Anda memungkinkan Anda untuk menjalani ibadah puasa.


Tinggalkan komentar