Bagaimana cara mendidik putra-putri kita agar kelak tumbuh menjadi sosok yang berbudi? Apa saja kiat-kiat yang harus dilakukan? Sejak kecil, anak-anak sudah dapat meniru perbuatan orang tua. Meskipun mereka belum dapat membedakan hal yang baik dan buruk dengan jelas seperti orang dewasa, namun mereka sudah dapat diajarkan tentang adab, kesopanan, dan norma kesusilaan sesuai dengan usianya.
Cara Efektif Mendidik Anak Menjadi Sosok Pribadi yang Beradab
Norma kesopanan amat penting untuk membangun kepribadian diri anak-anak serta membantu membentuk karakter mereka. Jadi, jangan pandang ringan tentang adab dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari bersama si kecil melalui tips ini.
1. Ajarkan Tentang Empati
Hal pertama yang harus dipahami saat mengajarkan tentang adab dan kebaikan adalah sifat empati. Menurut sebuah artikel melalui Parenting Science, empati adalah satu bentuk keterampilan yang melibatkan 3 komponen utama, yaitu:
- Kemampuan mengenal perasaan diri sendiri
- Kemampuan memahami perasaan orang lain
- Keterampilan menentukan respon terbaik terhadap emosi tersebut
Semua komponen ini nampak seperti sesuatu yang mudah dimengerti dan bersifat alami. Tapi kenyataannya, hal itu tidaklah mudah bagi seorang anak kecil yang baru belajar memahami kehidupan. Misalnya, jika seorang anak kecil mengeluh sakit perut – mungkin ada temannya yang menertawakannya, menjauh darinya, terus bermain tanpa mempedulikannya, atau ada juga yang datang bertanya tentang sakitnya.
Ini semua tergantung kepada respon empati yang mereka rasakan. Empati ini dapat mulai diajarkan sejak mereka lahir, misalnya cara kita merespon terhadap tangisan mereka, belaian, atau komunikasi harian sangat berperan terhadap cara mereka mempelajari keterampilan ini.
2. Berbicara Tentang Perasaan
“Mama, coba lihat tante gemuk itu. Lucu, kan? “
Kalau ungkapan ini disebutkan oleh seorang anak yang berusia 3-4 tahun, jangan langsung memarahi mereka di hadapan orang banyak. Sebaliknya, bawa anak ke sebuah sudut dan bicarakanlah secepat mungkin supaya anak tidak lupa. Beritahu si anak bahwa kata-kata tersebut akan membuat tante itu merasa sedih. Tanyakan kepada anak apakah mereka juga pernah merasa dirugikan terhadap sesuatu yang dikatakan oleh seseorang.
Perkenalkan anak tentang perasaan yang beragam – bukan sekadar senang dan sedih saja. tetapi juga emosi yang lebih kompleks seperti kecewa, malu, bingung, bahagia, bingung, dan sebagainya. Ini dapat dilakukan melalui percakapan, sambil menonton kartun, atau dengan membaca buku bersama. Beberapa contoh buku panduan yang sesuai untuk dibaca adalah:
- Baby Faces oleh Margaret Miller
- The Great Big Book of Feelings oleh Mary Hoffman
- Grumpy Bird oleh Jeremy Tankard
- Glad Monster, Sad Monster oleh Ed Emberley dan Anne Miranda
- When Sophie Gets Angry – Really, Really Angry oleh Molly Bang
3. Menjadi Contoh Terbaik
Menurut Psych Central, seorang anak banyak mencontoh perbuatan orang lain, terutama orang tua. Hanya ketika seorang anak mencapai usia 5 tahun, mereka akan mulai menyadari tentang perasaan dan tindak-tanduknya yang mungkin dapat mempengaruhi individu lain.
Jadi, berhati-hatilah dalam setiap tindakan karena hal tersebut akan senantiasa diperhatikan oleh anak-anak. Sekalipun mereka belum dapat menilai baik dan buruknya, ketahuilah bahwa mereka mudah terikut-ikut dengan perilaku kita.
4. Tegur Dengan ‘Beradab’
Dr Sears, seorang anggota paediatrik menjelaskan bahwa ketika menegur anak, pastikan kita juga tidak lupa adabnya. Cara yang baik adalah dengan mengontrol intonasi suara, mendapatkan ‘eye contact’, dan tegurlah dengan lembut. Bisa juga meletakkan tangan di bahu si anak, mengusap kepala, atau apa saja perbuatan yang menunjukkan Anda benar-benar peduli.
Dengan perilaku baik yang kita tunjukkan ini, anak-anak akan mendapat pesan bahwa kita menghargai mereka dan kita ingin memperbaikinya karena kita sayang dengan mereka. Kita ingin anak-anak menjadi anak yang bertanggung jawab dan seorang yang bisa diharapkan. Jika kita menegur mereka dalam keadaan marah-marah dan membentak, ini justru bertentangan dengan adab yang diajarkan. Malahan, si anak mungkin hanya akan mengikuti saran kita karena hanya rasa takut.
5. Memuji ‘Di Belakang’ Anak
Jika anak melakukan sesuatu hal yang baik, pujilah mereka di depan pasangan anda atau anggota keluarga lain. Ngobrol dengan pasangan anda seolah-olah Anda tidak tahu anak Anda berada di sana. Hati siapa yang tak berbunga ketika ‘terdengar’ seseorang memuji kita di belakangnya, bukan? Ini adalah salah satu teknik memuji anak yang efektif, lebih-lebih lagi ketika mereka berhasil mengaplikasikan perilaku kesopanan yang telah anda ajarkan.
Secara tidak langsung, para ahli berpendapat proses ini membantu anak-anak untuk mempercepat proses pembelajarannya. Ini mendorong perilaku baik dan memberi pesan kepada si anak bahwa Anda selalu ingin mereka berperilaku baik di mana-mana saja mereka berada.
6. Hindari atau Kurangi Memberi Hadiah Maupun Hukuman
Secara alamiah, anak kecil bisa berperilaku baik dan bijak menunjukkan rasa simpati. Namun, eksperimen sosial menunjukkan anak kecil akan kurang melakukannya jika mereka selalu meminta imbalan yang berbentuk material. Sebuah studi menemukan bahwa anak kecil mampu memiliki keterampilan untuk menilai baik dan buruk sesuatu hal dengan lebih baik jika mereka dibesarkan dengan disiplin yang konsisten, tegas, tapi bukannya ekstrim. Ketika mereka selalu dihukum dengan berat, pembentukan moral dan rasional tidak dapat berkembang dalam diri mereka secara optimum.
7. Selalu Konsisten
Di bagian akhir, jangan hanya menunggu di depan umum untuk menjaga adab. Sebaliknya, orang tua harus konsisten dalam mempraktikkannya di rumah sehingga itu terbiasa dan menjadi tabiat. Pada awalnya mungkin susah, tapi lama-kelamaan, anak akan terbiasa dan tak perlu disuruh lagi.
Kontrol Emosi Yang Baik Membantu Anak Menghadapi Situasi Sulit
Perilaku baik atau adab yang diajarkan kepada anak bukan saja membantu mereka membawa diri dihadapan orang banyak, tapi itu sebenarnya sebuah mekanisme yang turut membantu anak kecil mengelola emosi. Dengan keterampilan ini, mereka lebih mampu menghadapi situasi yang sulit dengan lebih efisien.